Pemimpin Besar Dunia dan Kekuatan Kuncinya


Secara umum dikenal dua gaya leadership: inspirasional dan organisatoris. Jika Anda sudah mengenali karakter dari gaya kepemimpinan ini, saatnya menemukan tipe pemimpin. Anda bisa meniru tokoh yang sudah membuktikan kemampuannya dalam membangun bisnis ternama dan mendunia.

Coach Margetty Herwin, dalam seminar bertemakan leadership yang diselenggarakan oleh Event Management Indonesia dan iCOACH beberapa waktu lalu, menyebutkan 10 tipe pemimpin selevel presiden direktur, yang sukses dengan bisnisnya.

Tipe Inovator
Terdapat sejumlah nama yang termasuk tipe pemimpin kaya inovasi ini. Sebut saja Steve Jobs, Co-Founder, Chairman & CEO, Apple, Inc atau Mark Zuckerberg, Founder & CEO Facebook. Kedua nama ini memiliki gaya kepemimpinan yang serupa tapi tak sama. Satu-satunya kesamaan mereka adalah inovasi yang diciptakan, dan menghasilkan bisnis beraset besar.

* Mark Zuckerberg, pebisnis muda kelahiran New York, 1984
Gaya kepemimpinan: Perfeksionis, pendobrak, dan kreatif.
Kekuatan kunci: Menggabungkan kemampuan teknis yang tinggi, bidang TI, dengan komunitas sosial.
Keputusan besar: Drop out dari kampus dan menciptakan Facebook.

* Steve Jobs, lahir pada 1955 di San Fransisco
Gaya kepemimpinan: Visioner, kreatif dan mandiri, otokratik.
Kekuatan kunci: Memiliki pemahaman naluriah terkait terhadap teknologi.
Keputusan besar: Mengembangkan iPod dan iTunes.

Tipe Pionir
Michael Dell (CEO Dell Inc), lahir di Houston, 1965
Gaya kepemimpinan: Tidak egois, tidak mengeksklusifkan diri, melayani.
Kekuatan kunci: Berpikir lebih jauh ke depan dan tidak konvensional.
Keputusan besar: Menjual produk Dell dari pintu ke pintu.

Tipe Motivator
W. James McNerney, Jr (CEO The Boeing Company) lahir di Rhode Island, 1949
Gaya kepemimpinan: Inspirasional, penuh rasa ingin tahu, visioner, individu yang efektif.
Kekuatan kunci: Mampu maksimalkan potensi SDM-nya.
Keputusan besar: Bergabung dengan GE Asia dan menjadi mendunia karenanya.

Tipe Organizer
Fred Smith (pendiri, Chairman & CEO FEDEX), lahir di Mississippi, 1944
Gaya kepemimpinan: Visioner, berani mengambil risiko, ulet.
Kekuatan kunci: Jeli melihat peluang.
Keputusan besar: Menciptakan integrasi sistem pengiriman udara.

Tipe Ahli Strategi
Warren Buffet (pendiri, Chairman & CEO, Berkshire Hathaway) lahir di Omaha, 1930
Gaya kepemimpinan: Tak pernah berasumsi.
Kekuatan kunci: Cerdas membuat perhitungan bisnis.
Keputusan besar: Sukses mengenalkan bisnis portal (dotcom).

Tipe Membangun
Carlos Ghosn (President & CEO, Nissan & Renault), lahir di Porto Veho, Brazil, 1954
Gaya kepemimpinan: Menggunakan pendekatan langsung, mengubah masalah rumit menjadi solusi praktis.
Kekuatan kunci: Pengorganisasan, disiplin.
Keputusan besar: Melawan arus dalam merger antara Renault dengan Nissan.

Tipe Penilai
Jack Welch (Chairman & CEO General Electric) lahir di Massachussetts, 1935
Gaya kepemimpinan: Terus terang, tegas, fokus.
Kekuatan kunci: Lahir sebagai pemenang.
Keputusan besar: Pengurangan kerja dan divestasi.

Tipe Visioner
* Lew Frankfort (Chairman & CEO Coach Inc) lahir di New York, 1947
Gaya kepemimpinan: Teliti, bersemangat, berorientasi pada tujuan
Kekuatan kunci: Mengenalkan dan mengadaptasi teknik operasional pemerintahan dengan SOP dari Coach.
Keputusan besar: Merekrut Tommy Hilfiger sebagai desainer

* JW Marriott, Sr (pendiri & CEO Marriott Company) lahir di Marriott, Utah, 1900
Gaya kepemimpinan: Kokoh, sistematis, perfeksionis, perhatian.
Kekuatan kunci: Mengeksplorasi cara untuk ekspansi dalam mengubah dunia.
Keputusan besar: Menciptakan bisnis katering penerbangan udara.

Tipe Kontroversial
Rupert Murdoch (Chairman & CEO News Corp) lahir di Melbourne, Australia, 1931
Gaya kepemimpinan: Ambisius, terikat, tegas sebagai penentu.
Kekuatan kunci: Mengkombinasikan uang, relasi dan itikad untuk memberikan penentuan harga di pasar bebas.
Keputusan besar: Mempertahankan kontroling yang efektif di perusahaan media miliknya.

Tipe Penakluk Dunia

Howard Schultz (Chairman & CEO Starbucks)
Gaya kepemimpinan: Inspirasional, berpegang teguh, antusias, kharismatik.
Kekuatan kunci: Bakat marketing dan wawasan tentang peluang kesempatan.
Keputusan besar: Beralih dari kebijakan konvensional dalam menciptakan kopi yang mendunia.

Tipe Leadership yang Manakah Anda?


Kemampuan kepemimpinan sangat bisa dilatih, karena pada dasarnya kemampuan ini ada dalam diri setiap orang. Jika Anda sudah pada tahap mengenali kekuatan kepemimpinan dalam diri, selanjutnya karakter kepemimpinan seperti apa yang melekat pada diri Anda?

Terdapat dua tipe leadership yang diperkenalkan Dale Carnegie, pendiri Dale Carnegie Training, yakni inspirasional dan organisatoris. Coach Margetty Herwin yang akrab siapa Getty, General Manager iCOACH, menjelaskan lebih jauh tentang karakter dari kedua tipe leadership ini. Dari sini Anda bisa mulai memetakan, Anda termasuk tipe pemimpin yang mana.

Tipe inspirasional
Karakternya:
- Kreatif
- Komunikatif
- Tidak suka rutinitas
- Tidak sabar
- Tidak pandai basa-basi
- Selalu ingin jadi pahlawan
- Inspiratif
- Sangat dominan dalam tim

Tipe organisatoris
Karakternya:
- Agak kaku
- Suka rutinitas
- Lebih sabar
- Menomorsatukan profit
- Efisien
- Mementingkan tim dalam bekerja

Setiap tipe memiliki kekuatan tersendiri. Setidaknya dengan memetakan diri Anda termasuk dalam tipe yang mana, akan membantu untuk memaksimalkan karakter leadership dalam diri Anda. Dampaknya tak hanya untuk diri sendiri, namun juga tim dalam pekerjaan Anda.

Coach Getty mengatakan bahwa kepemimpinan yang kuat menjadi faktor penting untuk menciptakan tim yang hebat. Artinya pencapaian dalam tim, apakah target yang tercapai, atau prestasi lain yang dihasilkan dari kerja tim, bisa terwujud dengan adanya kepemimpinan yang kuat.

Kepemimpinan perlu didukung juga oleh sejumlah faktor lain agar bisa membangun the dream team. Sebut saja kesamaan visi, menjalani rencana kerja dengan memegang kode etik, saling memberdayakan, adanya delegasi tugas, dan penghargaan atas kinerja rekan kerja. Bahkan pemutusan kerjasama dengan rekan yang tidak menunjukkan kinerja baik juga sah dilakukan.
Hanya pemimpin yang berkarakter kuat yang memiliki ketegasan dan sikap adil dalam memaksimalkan tim kerjanya.

Agar Karier Aman Melaju


Meski Anda sudah berada di perusahaan yang sama selama beberapa tahun belakangan, bukan berarti Anda bisa bersantai dan berpikir bahwa posisi Anda aman. Saat ini, ada begitu banyak orang yang mencari lapangan pekerjaan. Dengan mudahnya posisi Anda bisa tergantikan oleh para sarjana-sarjana yang sedang mencari pekerjaan pertamanya. Mereka lebih muda, lebih banyak pendidikan, dan bisa dibayar dengan murah. Nah, supaya Anda bisa mempertahankan pekerjaan Anda, cobalah lakukan hal-hal di bawah ini.

"Setor" muka

Bagaimana cara para "petinggi" melihat Anda sebagai aset perusahaan jika mereka tak pernah melihat wajah Anda? Jika para atasan ini biasa minum kopi bersama di pantry tiap pagi, cobalah sesekali datang sepagi mereka, buat kopi, lalu beri salam. Setidaknya agar mereka pernah melihat wajah Anda. Jangan ragu untuk membuat percakapan ringan jika bertemu dengan salah satu atasan di dalam lift.

Hindari bermain Facebook di jam kerja. Iya, memang benar Facebook adalah situs untuk membangun jejaring. namun mem-posting status dan menjawab pesan dari teman-teman tak membuat Anda terlihat benar-benar memanfaatkan situs itu sebagaimana yang diharapkan. Apalagi jika atasan Anda merupakan salah satu teman di situs Anda itu. Ia bisa melihat status Anda yang bisa saja bertuliskan, "Rapatnya membosankan!". Jika memang sulit untuk menahan diri agar tidak membuka situs tersebut, setidaknya pastikan monitor Anda dalam posisi jauh dari pandangan orang lain. Buat setting privasi khusus untuk para bos yang berteman dengan akun Facebook Anda agar mereka tidak bisa melihat update dari Anda.

Lebih bersuara
Jangan berikan alasan untuk siapa pun membuat Anda tidak dianggap. Jika Anda pada dasarnya tipe orang yang pendiam, tapi pekerja keras, cobalah untuk lebih mengeluarkan pendapat dengan melemparkan info konstruktif pada pertemuan dengan tim saat membahas proyek bersama.

Tapi, yang perlu Anda hindari adalah sikap yang terlalu terlihat "cari muka" di hadapan bos Anda. Kecuali Anda adalah sekretaris personal, menjadi relawan untuk membantu atasan dengan mengerjakan tugas-tugas yang tidak berhubungan dengan pekerjaan kantor akan membuat Anda terlihat seperti penjilat. Plus, atasan Anda akan bertanya-tanya, mengapa Anda memiliki waktu untuk mengerjakan hal-hal tersebut.

Berarti keluar dari zona nyaman
Saat ini, banyak pekerja yang bisa berganti pekerjaan saat perusahaan mengubah haluannya agar bisa bertahan. Jika bos Anda sedang mengupayakan sebuah proyek baru yang tidak melibatkan Anda, tapi Anda yakin bisa menjadi bantuan di sana, coba cari cara untuk bisa ikut ambil bagian di sana.

Kurangi pula kebiasaan makan siang terlalu lama di luar kantor. Ketika Anda tak berada di kantor dalam waktu lama, Anda berisiko melewatkan kesempatan. Mungkin saja si bos sedang membagikan peran-peran bagi para karyawan untuk mencoba tugas baru. Ketika Anda tak ada di sana saat itu terjadi, hilanglah kesempatan Anda.

Mengamati perkembangan diri
Jika Anda sudah lama tidak mendapatkan evaluasi, cobalah untuk meminta waktu atasan Anda setiap beberapa bulan sekali. Minta ia memberikan evaluasi dan masukan untuk pekerjaan Anda. Atasan akan terkesan dengan inisiatif bawahannya ini. Namun, jangan sampai Anda lalu merajuk minta fasilitas macam-macam hanya karena merasa sudah dekat dengan atasan.