"Berbelanja bisa menjadi semacam jalan singkat pelepas stres. Bahkan bisa menjadi semacam penumbuh rasa bangga, dan membuat Anda merasa bahwa Andalah yang mengendalikan hidup Anda," terang April Lane Benson, Ph.D., psikolog yang mendalami seputar kelainan dalam hal berbelanja kompulsif di situs Glamour. Supaya Anda bisa menahan diri agar tidak kebablasan berbelanja, simak caranya;
Window-shop tanpa uang
Rasa kegirangan sesaat pada pecandu berasal dari dopamine. Dopamine adalah zat kimiawi di dalam otak yang muncul ketika Anda melakukan suatu hal yang memuaskan. Perasaan euforia itu datang ketika Anda melakukan aktivitas yang memaparkan Anda pada sesuatu yang disukai. Misal, Anda melihat barang baru yang unik dan bagus di mata Anda. Agar tak terbujuk "kebaruan", cobalah untuk melakuan window-shop tanpa membawa uang berlebih maupun kartu kredit/debet. Jika Anda memang masih memikirkan barang tersebut setelah dua-tiga hari, coba datang kembali, kali ini Anda sudah melihat untuk kedua kalinya. Hal ini biasanya akan mengurangi rasa penasaran dan keinginan impulsif untuk membeli barang baru yang muncul di awal "pertemuan".
Jangan membuat ajang berbelanja sebagai acara sosial
Menurut penelitian, para pebelanja yang datang bertiga, memiliki kemungkinan 7 persen lebih tinggi untuk melakukan pembelian impulsif ketimbang mereka yang berbelanja sendiri atau berdua. Jika Anda memang butuh bantuan untuk memberi masukan akan pakaian apa yang paling tepat untuk Anda, ajaklah teman yang bukan tukang belanja, jadi ia bisa membantu Anda mengerem keinginan berbelanja dengan nasihat-nasihatnya.
Bayar dengan uang tunai
Kartu kredit memiliki kekuatan mengelabui orang untuk berpikir bahwa mereka tidak mengeluarkan uang, ungkap Sheryl Garrett, perencana keuangan dari serial On the Road. Anda bisa membeli sesuatu, lalu lupa bahwa Anda baru saja mengeluarkan uang, karena tagihannya baru tiba di rumah Anda berminggu-minggu kemudian. Sementara ketika Anda membeli barang dengan uang tunai, kesannya lebih mendalam. Merelakan lembaran-lembaran uang yang terlihat lebih terasa pedih di dalam dada. Secara rata-rata, orang yang membayar dengan uang tunai lebih hemat 12-18 persen tiap kali belanja ketimbang berbelanja dan membayar dengan kartu. Perlu diingat, jika Anda tak bisa membayar dengan tunai sekarang, kemungkinan terbesar adalah Anda memiliki kesulitan untuk membayar apa pun itu yang Anda beli, ujar Garrett.
Tunjuk pemicunya
Alihkan perhatian dari toko-toko yang biasanya membuat Anda tak tahan untuk tidak berbelanja. Misal, Anda merasa kesulitan untuk tidak berbelanja ketika tiba di toko buku, maka batasi diri Anda untuk belanja dengan maksimal jumlah uang atau jumlah buku. Kuatkan tekad Anda!
Petakan jalur toko
Makin banyak gang di dalam toko yang Anda lewati, makin banyak pembelian di luar rencana yang Anda lakukan. Keinginan untuk melakukan pembelian mendadak naik hingga 10 persen ketika Anda mengelilingi seluruh gang di toko. Karena ketika Anda mengelilingi seluruh gang di dalam toko itu, Anda akan melihat macam-macam barang, begitu pula penawaran khusus sehingga akhirnya akan membuat Anda makin tergoda. Rencanakan apa yang ingin Anda beli, termasuk letak-letaknya sebelum Anda pergi berbelanja. Pastikan Anda hanya melihat di gang-gang tersebut, tidak masuk gang lain.
Bedakan keinginan dan kebutuhan
Ketika Anda akan membeli barang, tanyakan pada diri Anda, apakah saya punya barang semacam ini di rumah? Apakah saya bisa hidup tanpa barang ini? Namun, memang masih baik untuk membeli barang yang Anda inginkan sesekali, tapi batasi, jangan sampai ternyata Anda sudah memiliki barang tersebut lebih dari 1 di rumah.
Buku harian belanja
Jika pengeluaran impulsif adalah hal besar bagi Anda, coba buat catatan pengeluaran Anda dan apa yang dirasa saat Anda mencatat barang-barang yang Anda beli tersebut. Lakukan hal ini setiap hari selama beberapa minggu, dan perhatikan polanya. Apakah Anda membeli kue 3 buah kue muffin setiap hari karena lapar atau karena ingin saja? Atau apakah Anda ke mal karena ada keperluan mendesak atau karena rasa ingin?
Kita memiliki kecenderungan berbelanja untuk mengatasi gejolak emosi. Ketika kita sedang merasa senang, atau sangat sedih, kita berusaha mengembalikan mood dengan melakukan hal yang kita sukai, seperti berbelanja. Para peneliti di Inggris mengatakan, bahwa para pebelanja merasa berbelanja bisa mengembalikan mood-nya, dan membuat mereka merasa menjadi orang yang mereka ingini.
Berikan waktu
Ketika Anda melihat celana yang bagus, dan ada keinginan untuk membeli, coba pegang barang tersebut, sambil berkeliling toko, setidaknya selama 15 menit. Celana itu akan mulai kehilangan rasa "wah"-nya jika Anda biarkan momen itu menghilang sebentar.
Menahan Keinginan Berbelanja? Bisa, Kok!
10 Tanda Sudah Saatnya Anda Resign
Sebuah polling dilakukan oleh Gallup Poll terhadap karyawan-karyawan di Amerika, mendapati bahwa sebanyak 71 persen respondennya merasa tidak kerasan dengan pekerjaan/tempat kerjanya. Apa yang harus dilakukan? Tetap menjakani pekerjaan meski merasa tidak bahagia atau mencari pekerjaan baru dengan harapan akan mendapatkan tempat yang bisa lebih membahagiakan?
Pilihan pindah kerja ke tempat yang lain ada di tangan Anda. Berikut adalah 10 tanda untuk Anda perhatikan, jika salah satu atau beberapa tanda ini Anda rasakan, maka sudah saatnya Anda memikirkan untuk pindah kerja.
1. Rekan kerja yang mengesalkan
Rekan kerja bisa jadi sangat menyenangkan, tapi ada juga yang sangat menyebalkan. Bukan hal yang mengesalkan ketika Anda mendapatkan rekan kerja yang menyenangkan. Namun, bagaimana caranya bisa menyelesaikan pekerjaan ketika rekan kerja Anda kerjanya bikin kesal? Entah itu membuat Anda kesal dengan caranya yang suka menyindir, datang terlambat, pulang cepat, bicara keras di telepon, mengecilkan Anda di muka umum, atau senang mengganggu Anda di jam kerja dengan gosip-gosipnya? Jika memang rekan kerja yang seperti itu ada lebih dari 1 atau lebih dari yang bisa Anda hadapi, maka sudah saatnya Anda mencari tempat kerja baru, entah minta relokasi divisi atau tempat duduk, atau pindah perusahaan.
2. Tak semangat berangkat kerja
Setiap Minggu malam, Anda pun bersungut-sungut memikirkan keesokan hari yang berarti Anda harus berangkat ke kantor lagi. Ketika Anda menghabiskan lebih dari 40 jam dalam seminggu untuk bekerja, rasa tak malas berangkat bekerja adalah hal terakhir yang seharusnya ada di pikiran Anda. Jika memang itu yang terjadi, maka sudah saatnya Anda memikirkan untuk mengganti pekerjaan.
3. Teramat jenuh
Kebanyakan orang senang untuk menyukai tantangan di pekerjaannya. Jika pekerjaan Anda mulai terasa mudah atau berulang, maka ini adalah tanda bahwa Anda butuh tanggung jawab atau perubahan peran dalam pekerjaan. Tapi jangan salah artikan kebosanan dengan kemalasan. Ada perbedaan besar antara menonton YouTube seharian sementara pekerjaan menumpuk di sebelah Anda dengan menonton YouTube seharian karena pekerjaan sudah Anda selesaikan semua sejak pagi.
4. Perusahaan dalam masalah
Keadaan ekonomi dunia saat ini masih belum stabil benar. Jika Anda merasa perusahaan memiliki masalah dengan keuangan atau kesulitan untuk bisa tetap berdiri, jangan lalu ambil langkah gegabah. Tanyakan kepada atasan Anda keadaan yang sebenarnya, baru pikirkan langkah berikutnya. Jika memang menuju titik nol, ada baiknya Anda memikirkan untuk pindah perusahaan.
5. Tak merasa kerasan
Amat penting bagi seseorang untuk bisa merasa kerasan. Jika kompetisi yang ada di perusahaan terasa tidak adil, kolega Anda mencuri ide, ada konflik etika dan nilai antara Anda dengan perusahaan, atau mungkin tidak sepaham dengan kebijakan manajemen, mungkin sudah saatnya Anda mencari perusahaan yang bisa memberikan hal-hal krusial tersebut bagi Anda.
6. Bos yang tak menyenangkan
Percaya atau tidak, hubungan Anda dengan atasan memiliki dampak yang besar terhadap kehidupan profesional Anda, secara kebahagiaan dan sukses. Lagipula, bahkan pekerjaan terbaik pun akan menjadi sangat tidak menyenangkan ketika Anda berhadapan dengan bos yang menyebalkan. Jika Anda tidak memiliki cara pandang atau visi yang sama atau atasan Anda tidak bisa dipercaya atau tidak suka melihat Anda maju, maka sudah saatnya Anda mencari tempat dengan atasan baru.
7. Karier jalan di tempat
Anda sudah melakukan pekerjaan yang sama selama beberapa tahun belakangan ini, Anda sudah siap mendapatkan tanggung jawab baru. Atau Anda sudah kehilangan gairah untuk melakukan apa yang biasanya Anda sukai. Atau Anda bekerja di perusahaan yang tidak bisa memberikan pekerjaan berbeda dengan yang sedang emban. Cobalah untuk membicarakan tentang kemungkinan peran atau tanggung jawab baru yang bisa Anda lakukan, atau mencoba tugas yang berbeda. Ekspresikan pada atasan Anda mengenai keinginan untuk membangun kemampuan dan cara untuk mencapai gol Anda. jika tak ada alternatif lain yang bisa Anda coba, mungkin sudah saatnya Anda mencoba mencari tempat baru.
8. Anda tidak dihargai
Penghargaan atas prestasi memiliki peran cukup penting. Perasaan bahwa Anda sudah memberikan kontribusi yang baik untuk perusahaan akan menjadi hal yang baik untuk Anda. Jika perusahaan Anda tidak melakukan hal apa pun untuk menghargai hasil karya Anda, maka Anda akan merasa tersia-sia atau tak dianggap.
9. Lingkungan kerja tak menyenangkan
Tempat kerja yang memiliki energi negatif atau moral rendah akan menguras setiap karyawannya, bahkan yang pada awalnya memiliki energi positif sekali pun. Jika Anda selalu merasa stres, depresi, atau sifat periang Anda berubah menjadi negatif, mungkin sudah saatnya Anda mengeksplor pilihan pekerjaan lain di luar sana.
10. Kelelahan
Terlalu banyak proyek yang ditangani sama dengan jadwal kerja yang berlebihan. Jika hal ini hanya terjadi sesekali saja, mungkin bisa membantu Anda untuk memacu diri, dan bersifat sebagai tantangan baru untuk Anda. Tapi proyek demi proyek seakan tak ada ujungnya dan terus berulang, pulang tengah malam, kehidupan sosial Anda pun hilang begitu saja, maka sudah saatnya Anda membantu diri sendiri dengan mencari pekerjaan baru.
Memanfaatkan Kartu Kredit untuk Berburu Diskon
Program undian MasterCard Year End Season Sale 2009 yang diadakan di tiga mal di Jakarta akhir tahun lalu telah mendapatkan pemenang utamanya. Ong Sophya Angela, seorang ibu rumah tangga, berhasil membawa pulang satu mobil Audi A4. Yang kedua adalah Ferry Suranto, yang mendapatkan paket liburan ke Eropa untuk dua orang.
Sophya mengaku tak pernah menghitung berapa kali ia menggunakan kartu kreditnya untuk dapatkan kupon undian. Yang pasti, ia punya kebiasaan membawa keluarganya makan bersama tiap akhir pekan di mal.
"Setiap Sabtu - Minggu, kami memang rutin makan bersama di luar, salah satunya Plaza Senayan. Dari sinilah saya mendapat kupon undian," papar Sophya kepada Kompas Female, usai menerima secara langsung hadiah mobil di Plaza Senayan Arcadia, Jumat (5/2/2010).
Program belanja diskon ini digelar oleh MasterCard di Plaza Senayan, Mal Kelapa Gading, dan One Pacific Place. Program diikuti oleh 100 toko dan tempat kuliner, dan berlangsung dari 15 November - 31 Desember 2009. Setiap kali melakukan pembelanjaan melalui kartu kredit minimal sebesar Rp 1 juta, nasabah berhak mendapatkan satu kupon undian.
Namun makin banyak kupon yang dikumpulkan, memang makin besar peluang memenangkan program ini. Ferry, mendapatkan 22 kupon karena saat itu ia membeli televisi senilai Rp 22 juta.
Menggunakan kartu kredit memang menguntungkan, namun hal ini tentunya perlu diikuti dengan kedisiplinan dalam membayar tagihannya. Sophya dan Ferry bisa menjadi contoh. Meski sering menggunakan untuk keperluan sehari-hari, keduanya tak pernah merasa terjerat hutang.
Ferry mengaku berhati-hati sekali menggunakan kartu kredit. Ia berusaha mengontrol frekuensi belanja, dan nilai pembelanjaannya. Pembayaran pun selalu dilakukan sebelum jatuh tempo.
Sophya tak jauh berbeda. Ia selalu membayar penuh tagihannya sebelum jatuh tempo, dan tidak menjadikannya hutang yang terus membengkak karena bunga. Untuk program cicilan menggunakan kartu kredit pun diseleksi.
"Saya hanya mengambil program installment dengan bunga 0 persen. Kemudian saya buat chart sendiri untuk setiap program yang saya ikuti, sehingga pembayaran bisa terkontrol dan lunas sebelum jatuh tempo," ujarnya.
Selain Sophya dan Ferry, MasterCard juga menyediakan hadiah berupa paket wisata (untuk dua orang) ke Asia, 10 paket perhiasan, dan 61 pemenang BlackBerry.
Bekerja Membuat Anda Tetap Melajang?
Kesibukan Anda di dunia kerja membuat Anda sulit mencari waktu untuk bersenang-senang. Atau, karena sedang senang-senangnya bekerja, Anda memilih untuk tidak mencari kekasih dulu. Apakah tidak memiliki pasangan itu merupakan pilihan atau tidak, sebenarnya kembali pada Anda. Tahukah Anda, apa yang sebenarnya sedang terjadi sehingga Anda pekerjaan menguasai diri Anda?
1. "Saya tidak punya waktu untuk berkencan"
Para pekerja muda mengatakan bahwa pekerjaan tidak bisa membuat mereka memiliki waktu untuk bersantai atau untuk bertemu pasangan yang tepat. Anda pasti dengan sadar menempatkan pekerjaan sebagai prioritas nomor satu. Atau mungkin karena menurut Anda mencapai karier yang cemerlang dalam dunia kerja jauh lebih mudah ketimbang mencari pasangan yang Anda impi-impikan.
Apa pun alasannya, memberikan terlalu banyak waktu dan tenaga untuk pekerjaan tidak akan pernah bisa mengubah posisi Anda dari single menjadi in relationship.
Solusinya: Seimbangkan pekerjaan dengan kehidupan pribadi. Anda tentunya tidak akan mendapatkan jenjang karier yang Anda inginkan jika tidak berusaha dalam pekerjaan bukan? Sama halnya dengan mencari pasangan. Anda tidak akan mendapatkannya jika Anda tidak berusaha sekuat dedikasi Anda pada pekerjaan. Buat prioritas dan juga tujuan untuk menemukan pasangan masa depan Anda. Misalnya, berapa waktu yang Anda butuhkan untuk kehidupan pribadi Anda dalam satu minggu.
2. "Atasanku tahu aku single, dan memanfaatkannya"
Mereka yang hidup melajang rata-rata diminta bekerja lembur, bepergian untuk kepentingan bisnis, dan menerima keputusan di waktu-waktu terakhir. Kenapa? Karena mereka dianggap tidak memiliki kebutuhan untuk berkumpul bersama keluarga.
Solusinya: Tingkatkan komitmen Anda dalam kehidupan pribadi. Jika atasan Anda meminta untuk bekerja hingga larut malam, Anda tidak harus selalu menerimanya. Beri alasan kalau Anda telah memiliki rencana lain yang memang penting. Memang baik mendedikasikan diri pada pekerjaan melebihi jam kerja Anda, tapi pastikan kehidupan pribadi Anda tidak tersisihkan.
3. "Pria yang aku kenal rata-rata sudah menikah dan memiliki pasangan"
Mungkin memang ada kaitannya dengan pekerjaan. Sebab data statistik menunjukkan bahwa 50 persen pasangan yang menikah menemukan teman kencan mereka di tempat kerja. Jadi mungkin Anda tidak beruntung jika tidak memiliki tempat kerja yang memungkinkan Anda bertemu dengan lawan jenis yang masih single. Atau, yang memungkinkan Anda untuk bisa berkencan dengan salah satu dari mereka.
Solusinya: Cari tahu cara menemukan pria single lainnya. Toh, tempat kerja hanya salah satu opsi untuk mendapatkan pasangan. Aktif di perkumpulan atau klub, mencoba mendatangi restoran baru, menonton konser rame-rame dengan teman-teman, atau melanjutkan pendidikan, juga akan memberikan Anda kesempatan untuk bertemu orang-orang baru.
4. "Tidak ada laki-laki yang mau mengencani aku...."
Ladies, jangan desperate begitu, dong. Tetapi memang, ada tipe pekerjaan yang mungkin akan membuat lawan jenis berpikir ulang untuk mengencani Anda. Misalnya Anda seorang psikolog. Siapa yang bisa tahan jika terus mendapatkan analisa psikologis dari pasangannya? Atau akuntan yang selalu serius dan terlalu perhitungan dalam soal uang.
Solusinya: Jika Anda memiliki pekerjaan yang membuat Anda tersisih atau jauh kriteria dalam daftar calon pasangan idaman, jangan langsung berkecil hati. Caranya, jauhkan kesan bahwa kepribadian Anda sama seperti pekerjaan Anda. Jauhi topik-topik pembicaraan mengenai pekerjaan Anda, sampai Anda yakin bahwa pasangan Anda memang sudah siap.